Close
    Search for HOT projects, news, people and jobs.
News — 11 November, 2016

Collaborating with University Students, HOT Hosts a Mapathon at the Institut Teknologi Sepuluh Nopember in Surabaya

Data infrastruktur vital yang tidak lengkap, tidak mutakhir dan tidak terorganisir secara sistematis menjadi salah satu hambatan besar dalam upaya penciptaan rencana kontinjensi kebencanaan. Untuk kepentingan pelengkapan data ini, Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) bekerjasama dalam program InAWARE didanai oleh USAID, Kantor untuk Bantuan Bencana Luar Negeri (OFDA), bersama dengan Universitas Hawaii: Pacific Disaster Centre (PDC) dan Massachusetts Institute of Technology (MIT): PetaBencana, dengan mendukung pemerintah Indonesia: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Program ini berfokus pada pengembangan InAWARE, suatu alat pengelolaan kebencanaan untuk meningkatkan kajian bencana. Sistem peringatan dini dan pengambilan kebijakan terkait bencana di Indonesia dengan dukungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dan Jawa Timur.

 

 

Untuk melengkapi data peta digital, mapathon dipilih sebagai aktifitas yang secara cepat dan efisien dapat memetakan jejak bangunan, jalur jalan dan saluran air. Mapathon, atau sering juga disebut dengan pesta pemetaan, adalah suatu aktifitas dimana penggiat peta duduk bersama dan menggunakan satelit untuk mendigitasi citra udara—menandai, menandai gambar dan memasukkan informasi secara digital—menjadi data yang dapat diintepretasi oleh program lunak kebencanaan.  

 

Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai salah satu mitra strategis HOT Indonesia dipilih menjadi tuan rumah mapathon selama tiga hari di tanggal 4-6 Nopember 2016. Mapathon ini diselenggarakan di salah satu ruang perkuliahan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Data yang diperoleh kemudian akan divalidasi untuk memastikan keakuratannya oleh tim HOT Indonesia, salah satunya melalui survey lapangan.

 

 

 

Istilah mapathon, walaupun masih asing di Indonesia, sangat umum diselenggarakan di banyak negara lain di dunia untuk melengkapi data infrastruktur mereka. Selain pelatihan cara memetakan, mahasiswa juga dilatih cara mengekspor dan memanfaatkan data yang telah terkumpul di OpenStreetMap. Data yang terkumpul dari kegiatan ini bersifat gratis, terbuka untuk kemudian dapat dipakai bukan hanya untuk respon kemanusiaan, namun juga untuk tujuan pembangunan berkelanjutan, inovasi, pendidikan, proyek perseorangan maupun untuk tujuan lainnya. Data infrastruktur yang lengkap juga mampu mendorong lebih banyak riset dan pengembangan ilmiah yang lebih akurat untuk pembangunan wilayah dan tata kota. Hal ini juga memotivasi mahasiswa dengan latar belakang pendidikan Perencanaan Wilayah dan Kota berpartisipasi aktif dalam mapathon sebagai bagian dari pengembangan-diri profesional. Selama satu setengah hari mapathon intensif, jumlah detail yang ditambahkan pada OpenStreetMap mencapai 121,498 titik dan 26,893 bangunan. Adapun pemenang mapathon ini, Lukman Yusuf, memetakan lebih dari 3,518 bangunan dan jalan.

 

 

Selain mahasiswa ITS dan HOT yang terlibat langsung dalam mapathon ini, masyarakat umum juga dapat berkontribusi langsung melengkapi data infrastruktur kota tempat mereka bermukim. Untuk menjangkau masyarakat luas, tim kami juga mengadakan penjangkauan (outreach) melalui radio lokal RRI Pro 2 Surabaya, memperkenalkan dan mengajak partisipasi masyarakat melengkapi peta OpenStreetMap. OpenStreetMap yang bersifat open-source memungkinkan komunitas dan masyarakat berkontribusi aktif melengkapi data, baik secara lokal maupun global menggunakan tasking manager: http://task.openstreetmap.id

 

 
 

Demands on digital mapping skills are increasingly growing as city management, both urban and rural, continue to migrate from paper to digital. To acquire such skills is relatively easy. An aspiring mapper only requires Pemetaan digital sendiri adalah softskill yang di kemudian hari akan semakin dicari dan diperlukan, mengingat semakin meningkatnya kebutuhan pengelolaan secara digital baik untuk kota metropolitan maupun wilayah pedesaan sekalipun. Melakukan pemetaan menggunakan OpenStreetMap sangat mudah, hanya memerlukan koneksi internet dan kemampuan pengoperasian perangkat komputer tingkat dasar untuk berkontribusi dan melatih kemampuan memetakan. HOT Indonesia menjadikan edukasi pemuda sebagai salah satu misi utama melalui kolaborasi bersama pihak universitas. Kurikulum pembelajaran terstruktur telah dikembangkan oleh HOT Indonesia untuk mahasiswa, terdiri dari beberapa materi belajar mandiri yang dapat dilihat di http://openstreetmap.id/tutorial/. Materi tambahan juga dapat ditemukan di http://learnosm.org/en/ dan http://www.missingmaps.org/contribute/#learn.